Selasa, 23 April 2013

Akal manusia dan bagaimana Mensyukurinya


Kelahiran manusia yang sudah ditentukan oleh sang maha kuasa Allah swt. Merupakan salah satu alasan bagi kita untuk selalu mensyukuri nikmat yang Allah berikan, kelahiran setiap individu/ manusia di muka  bumi ini adalah sebuah pilihan dan ketentuan dari Allah untuk kita hidup dan menghidupi serta memperbaiki kehidupan dimuka bumi
Syukur disini tentu menjadi satu topik  urgen yang mungkin bisa dijadikan sebagai landasan utama bagi setiap manusia mengapa syukur itu perlu dilakukan, adapun kata syukur yang bisa diambil dan diucapkan dalam Al Qur’an adalah Alhamdu Lillahi, kalimat ini menunjukkan tentang bagaimana seharusnya kita bersyukur kepada Allah sebagai Tuhan yang kita sembah, kita percaya serta kita yakini, dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui bahwa banyak contoh syukur yang mungkin bisa diambil, seperti halnya bagaimana memanfaatkan waktu sebaik mungkin, bagaimana menggunakan barang yang kita miliki se-efisien mungkin, serta bagaimana memposisikan diri menjadi orang yang bermanfaat, itu merupakan salah satu bentuk syukur dalam kehidupan sehari hari kita.
Imam Jalaluddin Al mahalli dan Imam jalaluddin As suyuti mengartikan kalimat Al HAmdu lilahi ; (segala puji) Puji ialah menggambarkan kebaikan, yang bersifat (bagi Allah) Mahatinggi Dia. Apakah yang dimaksud Alhamdulillah ini bersifat pemberitahuan  untuk diimani, atau dimaksudkan hanya untuk memuji kepada-nya belaka, atau dimaksudkan untuk keduanya. Memang didalam menanggapi masalah ini ada beberapa hipotesis, tetapi yang lebih banyak mengandung faedah (baca; manfaat) adalah pendapat yang ketiga yaitu untuk diimani sekaligus sebagai pujian kepadanya.[1].

Manusia sebagai mahkluk yang Allah beri keistimewaaan sebagaimana Allah menyebut langsung manusia dalam Al Qur’an surah An Naas ayat 1; katakanlah Aku berlindung kepada Tuhan manusia) Yang menciptakan dan Yang memiliki mereka; disini manusia disebutkan secara khusus sebagai bentuk penghormatan buat mereka, sekaligus untuk menyesuaikan dengan pengertian isti’azah dari kejahatan yang menggoda hati mereka[2]
 Dalam kehidupan manusia di dunia banyak ditemukan beberapa kejadian yang mungkin saja menjadi sebuah pilihan serta mungkin saja sangat menyulitkan, “Hidup ini pilihan” begitulah orang bijak berkata, dalam setiap hal yang hendak kita lakukan pasti ditemukan sebuah pilihan, iya atau tidak melanjutkan atau berhenti maju atau menyerah, bahkan mau menjadi individu yang baik atau tidak
Bagi seorang pemimpin menentukan suatu pilihan merupakan sebuah bukti atau tanda bagaimana peminpin  itu dikenal, pemimpin yang baik adalah peminpin yang bisa mengambil keputusan dengan baik, tepat dan bijak. Dimana keputusannya menjadikan serta mendatangkan kebaikan serta kemaslahatan bersama.
Manusia, sebagaimana makhluk yang memiliki kelebihan diantara makhluk Allah yang lainnya tentu harus menyadari, mehamai serta mensyukuri nikmat yang dia terima, rasa syukur disini bisa dilakukan dengan beragam cara serta bentuk, selain syujur yang bersifat Qauliayh atau berupa perkataan, syukur juga bisa dialakukan dengan “Amaliyah atau perbuatan. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari mungkin kita bisa melakukan rasa syukur itu sebagaimana mestinya, meletakkan sesuatu ditempatnya, serta memanfaatkan apa yang Allah berikan untuk sebuah kebaikan adalah bentuk rasa syukur yang bisa dilakukan dengan mudah.
Pada dasarnya manusia sebagai حيوان ناطق  modal besar yang bisa dimanfaatkan serta digunakan untuk hal yang bisa mendatangkan banyak kemaslahatan kemaslahatan, begitu pula banyak ayat dalam Al Qur’an yang yang menjelaskan tentang penting nya bagi seseorang untuk berfikir serta bertadabbur dan mereka-reka tentang banyak hal disekeliling kita.
Dengan berfikir tentunya akan banyak mendatangkan pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui, menemukan masalah hingga memecahkan masalah itu sendiri, mungkin kita mengenal banyak pemikir-pemikir Islam di zaman dulu yang dengan otaknya mereka mampu memberikan sumbangan pencerahan bagi masa depan dunia, seperti halnya Ibnu Sina (Avicenna) dengan keahliannya dibidang kedokteran, Al khawarizmi penemu angkan nol dan Ahli logaritman, Ibnu kholdun sebagai pencetus dan menjadi bapak Sosiologi serta banyak ilmuan lain yang telah berhasil memberikan sumbangan pencerahan bagi masa depan dunia.
Untuk Indonesia sendiri sebenarnya sudah banyak Manusia-manusia cerdas (SDM) yang bisa membangun Indonesia lebih berkembang serta menjadi negara maju, kita bisa melihat “Eyang” kita Baharuddin Jusuf Habibie atau yang lebih dikenal dengan B.J Habibi, beliau adalah putra Indonesia yang dengan N250 Gatotkaca, pesawaat terbang pertama buatan Indonesia yang berhasil lepas landas dan mendaarat secara mulus. Juga seperti Seorang Abdul Gafur, Putra daerah Pamekasan yang sedari masa kecilnya hidup di keluarga sederhana dan kini bisa keliling dunia, Serta Sekolah di Wisconsin University dan mendapat gelar Profesor, ada pula Andi Octavian Lathief Peraih Medali Emas dalam ajang Fisika International, dan baru-baru ini Indonesia kembali meorehkan tinta emas dalam sejarah keilmua dalam ajang International Conference Of Youth Scientist (ICYS) Sanur, Denpasar Sabtu 20, 4, 2013,  Dua anak bangsa ini berhasil menyingkirkan lawan terberatnya dari negara Polandia, Jerman dan Rusia, Adalah Mariska Grace dalam Kategori Enviromental Science dengan karyanya yang berjudul “ a novel approach in using peanut shells to Elliminate content in water”  dia berhasil memberikan satu ide briliant tentang bagaimana memanfaatkan kulit kacang untuk mengurangi kadar ion tembaga dalam air. Satu lagi, dia adalah Melody Grace Natalie pelajar asal Jogya ini, berhasil menjadi bintang dalam kategori Life Science  dengan presentasi karya ilmiahnya yang berjudul “Potencial of Squid eye lenses as UV absorber”, Ilmuan muda ini memberi satu pengetauan emas tentang bagaimana menjadikan mata Cumi-cumi menjadi sunblock hingga bisa melindungi kulit dari serangan Sinar UV.­ Begitulah manusia seharusnya manusia dengan akal dan fikiran yang dimiliki mampu merubah dan menemukan banyak hal, guna kemaslahatan bersama.
Akal dan pikiran merupakan karunia paling mulia yang diberikan Allah Swt kepada manusia.  Orang-orang yang tidak berpikir dan menolak untuk menghamba kepada Tuhan, dipandang sebagai mahkluk yang lebih buruk daripada binatang. Akal dalam pandangan al-Quran dan riwayat, bukanlah semata-mata akal kalkulatif dan logika Aristotelian. Keduanya meski dapat menjadi media bagi akal namun tidak mencakup semuanya. Karena itu, berulang kali al-Quran menyebutkan bahwa kebanyakan orang tidak berpikir, atau tidak menggunakan akalnya; sementara kita tahu bahwa kebanyakan manusia melakukan pekerjaannya dengan berhitung dan kalkulatif pada seluruh urusannya. Memandang sama akal dan berpikir kalkulatif merupakan sebuah kesalahan epistemologis.  Bahkan melakukan komparasi dan memiliki kemampuan berhitung semata-mata merupakan salah satu media permukaan akal yang lebih banyak berurusan pada masalah angka-angka dan kuantitas. Namun untuk mencerap realitas-realitas segala sesuatu, baik dan buruk, petunjuk dan kesesatan, kesempurnaan dan kebahagiaan, dan lain sebagainya diperlukan cahaya yang disebut sebagai sebuah anasir Ilahi yang terpendam dalam diri manusia. Anasir ini adalah akal dan fitrah manusia dalam artian sebenarnya. Sebagaimana sesuai dengan sabda Imam Ali As bahwa nabi-nabi diutus adalah untuk menyemai khazanah akal manusia.
Manusia memiliki fitrha yang luar biasa dalam kehidupan ini seharusnya dan sepantasnya bersyukur kepada Allah Atas Apa-apa yang dimilikinya, nikmat Allah yang telah disuguhkan ini pada dasarnya adalah amanat serta ujian dari Allah untuk manusia apakah bisa mensyukuri (Memanfaatkan) atau hanya membiarkannnya saja, dan tidak mensyukurinya, Dalam Al Qur’an diterangkan tentang pentingnya rasa syukur untuk mengidentifikasi diri apakah sebagai hamba yang bersyukur ataukah kufur;
Dalam Surat An Naml ayat 40 dijelaskan;
قال الذي عنده علم من الكتب انا ءاتيك به قبل ان يرتد اليك طرفك فلما رءاه مستقرا عنده قال هذا من فضل ربي ليبلوني ءاشكر ام اكفر ومن شكر فانما يشكر لنفسه ومن كفر فان ربي غني كريم.
Artinya; Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba Aku apakah Aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (QS. An Naml;27;40)
            Dari ayat di atas sebenarnya pribadi-lah yang bisa memilih dengar sendirinya, bagaimana memposisikan diri, bagaimana menjadikan diri ini, menjadi pribadi bersyukur atau kufur satu pilihan yang sangat menentukan sebuah kepribadian.
Berpikir dalam al-Quran tidak serta merta bermakna menggunakan akal yang dikenal secara terminologis.  Tatkala al-Quran menyeru untuk berpikir dan merenung dalam rangka penghambaan yang lebih serta terbebas dari belenggu kegelapan dan kesilaman jiwa, boleh jadi merupakan salah satu tanda berpikir dan berasionisasi. Dalam pandangan ini, kedudukan akal dan pikiran sedemikian tinggi dan menjulang sehingga Allah Swt dalam al-Quran, tidak sekali pun menyuruh hamba-Nya untuk tidak berpikir atau menempuh jalan secara membabi buta
Sayid Muhammad Husain Thabathabai Dalam bukunya Al Mizan jilid 3 mengungkapkan bahwa Allah Swt dalam al-Quran menyeru manusia sebanyak lebih dari tiga ratus kali untuk menggunakan dan memberdayakan anugerah pemberian Tuhan ini. dimana ayat-ayat ini dapat diklasifikasikan secara ringkas sebagaimana berikut:
-          Mencela secara langsung manusia yang tidak mau berpikir (Pada kebanyakan ayat al-Quran, Allah Swt menghukum manusia disebabkan karena mereka tidak berpikir. Dengan beberapa ungkapan seperti, “afalâ ta’qilun”, “afalâ tatafakkarun”, “afalâ yatadabbaruna al-Qur’ân” Allah Swt mengajak mereka untuk berpikir dan menggunakan akalnya.
-          Ajakan untuk berpikir dalam pembahasan-pembahasan tauhid (Qs. Al-Anbiya [21]:22,  Al-Maidah [5]:76,  Al-A’raf [7]:184)
-          Penciptaan langit-langit dan bumi serta aturan yang berkuasa atas seluruh makhluk (Qs. Al-Baqarah [2]:29, Al-Ghasiyah [88]:17 )
-          Penalaran terhadap adanya hari Kiamat (Seperti pada kisah Ashabul kahfi)
-          Isyarat terhadap sifat-sifat Allah Swt (Al-Taubah [9]:78)
-          Menjelaskan ragam kisah dan azab yang diturunkan akibat dosa-dosa kaum-kaum terdahulu ( Seperti kisah Nabu Yusuf, Kaum Tsamud, Kisah Nabi Luth )
-          Menjelaskan mukjizat-mukjizat para nabi
-          Tantangan dalam al-Quran (Salah satu contoh ajakan dan seruan al-Quran untuk berpikir adalah tantangan kepada orang-orang kafir untuk menghadirkan seperti ayat-ayat al-Quran) Qs. Al-Baqarah [2]:23
-          Mencela taklid buta (Qs. Al-Baqarah [2]:170, Al-Maidah [5]:77)
-          Meminta argumentasi di hadapan ucapan-ucapan tak berguna (Demikian itu (hanyalah) angan-angan kosong mereka belaka. Katakanlah, “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang-orang yang benar.) (Qs. Al-Baqarah [2]:111)
-          Menggunakan penyerupaan dan permisalan dalam memotivasi dan mencela manusia (Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.)  (Qs. Al-Ankabut [29]:41)
-          Mengingatkan pelbagai nikmat: (“Wahai Bani Isra’il, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwa Aku telah mengutamakan kamu atas segala umat.” (Qs. Al-Baqarah [2]:47 & 122)
-          Membandingkan antara manusia dengan memperhatikan pikiran dan perbuatannya (“Sesungguhnya telah ada tanda (dan pelajaran) bagimu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali lipat jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.” (Qs. Ali Imran [3]:13)
-          Menuntaskan hujjah (“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa tanda-tanda (kekuasaan) Kami dan mukjizat yang nyata” (Qs. Hud [11]:96).
Begitulah bagaiamana Manusia denga akal yang menjadikannya tahu dengan banyak hal, bagaimana memanfaatkan akal serta nikmat Allah yang lainnya sehingga bisa mendatangkan manfaat serta kemaslahatan bersama dan bagaimana mensyukuri nikmat Allah yang memang seharusnya disyukuri, Dan Nikmat Tuhan Mana yang hendak kita dustakan..?







[1] Imam jamaluddin Al mahalli, imam Jamaluddi As Suyuti Tafsir jalallain jus 2
[2] Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar