Tak seperti biasanya, cuaca yang
menyapa siang hari itu begitu dingin, helai-helai bulu kulitku kadang berdiri,
kadang juga kupeluk erat buku besar bahasa arab yang menjadi panduanku belajar
dikelas, sesekali aku juga menggigil menggosok-gosok tanganku yang lembab
karena bulir-bulir gerimis, dan disitulah kutemukan sedikit kehangatan.
Jam kuliah siang yang harus aku
ikuti memang terasa begitu berat, berjalan kaki menuju kelas dengan cuaca
dingin rasanya terhimpit dalam sebuah angan, rasa malas, enggan untuk beranjak,
dan mungkin ada pilihan lain, yang lebih nikmat yaitu berdiam diri dikamar dan
memejamkan mata hinggga tertidur, namun kebetulan saja hari ini aku semangat
masuk kelas, mungkin karena keseringan aku berteman dengan rasa malas, hingga
kini aku malas untuk kembali malas, kini aku harus semangat membuka hari-hari
baru, aktivitas baru dan meninggalkan rutinitas “berbaring nikmat diatas kasur”
alias tidur siang.
Jarak gedung kuliah yang tidak
terlalu jauh bagi seorang pejalan kaki sepertiku juga membantuku untuk lebih
semangat, ya paling tidak berjalan sambil memandangi sudut-sudut kampus,
menikmati sepoi angin yang sesekali menghembus dari arah pohon tua depan gedung
rektorat, kadang juga kulihat dua muda-mudi yang tersenyum lepas disamping
gedung-gedung megah berwarna abu-abu itu, entah apa yang mereka bicarakan,
mungkin saja membahas materi kuliah, dosennya yang killer atau mungkin
saja mereka membahas ” masa depan” mereka, entahlah terserah mereka, saya hanya
penikmat pemandangan dalam perjalanan menuju kelas, dan disaat seperti itulah
kutemukan juga kenikmatan bagi seorang pejalan kaki, menghayati semua
pemandangan dan menikmati angin sepoi dengan gemericik embun yang lembut, namun
ternyata semua itu mendatangkan kesialan bagiku, terlalu menghayati perjalanan
membuatku telat masuk kuliah, aku terlambat dan harus mendapat hukuman dari
dosen materi bahasa arab itu, sekilas sebelum aku masuk kelas kuliah, kuliat gadis
mungil yang tersenyum, dengan jilbab merah jambu dengan beberapa assesoris
kecil, ia menatapku, sepertinya dia tidak asing lagi di pandanganku, tapi entah
siapa dia aku tak begitu jelas melihatnya, hanya senyum sabit yang aku
perhatikan dari bibirnya yang lembut dan basah, kucoba tangkap makna senyumnya,
tapi ternyata hanya sekilas saja, aku tak mampu memaknainya, hingga selanjutnya
aku masuk kelas dan mendapat hukuman dari dosen.
Sesaat dosen bahasa arab itu
memandangiku, dan bertanya begitu singkat “saudara kenapa telat? Tertidurkah..?
atau sengaja mau telat..?” begitulah pertanyaan dosen itu, kesannya agak sinis
dan kurang enak didengar, setelah kucoba beberapa alasan untuk menyelamatkanku
dari hukuman, namun ternyata tidak manjur, aku tetap harus melakoni hukuman
dari dosen yaitu harus bercerita di depan kelas dengan bahasa arab dengan judul
bahasan “kenapa aku terlambat”. Ya mau apa lagi, perintah dosen itu aku jalani,
di depan kelas kucoba pandangi satu-persatu raut wajah teman teman, ada yang
memperhatikanku, menertawaiku, ada pula yang menundukkan kepala dan mencoba
mengobati rasa kantuknya, aku mulai bercerita didepan kelas, menguraikan
kronologi mengapa aku terlambat masuk kuliah, dengan sedikit bahas arab yang
aku bisa, kuberanikan diri berbicara, dengan ekspresi lepas kucoba membuat
suasana kelas begitu hidup, kuceritakan saja sebenarnya mengapa aku telat masuk
kuliah, kuceritakan juga tentang senyuman gadis merah jambu itu, ternyata
suasana kelas berubah, mereka antusias mengikuti alur cerita yang aku
sampaikan, hingga akhirnya dosen pun bertepuk tangan dan memaafkan
keterlambatanku, saat itu pula senyumku mengembang.
Senyum lembut gadis itu masih tergambar jelas dalam
benakku, masih membekas dan selalu terbayang, namun penasaran juga aku rasakan,
siapa gadis itu, pertanyaan itu selalu aku rasakan, masih menyisakan seribu
tanda tanya bagiku, aku ingin melihat senyumnya lagi.
Pelajaran kembali dimulai,
teman-teman terlihat begitu antusias mengikuti matakuliah, namun tidak
denganku, seringkali kupalingkan wajah ke jendela menunggu sebuah kemungkinan
yang mungkin saja terjadi, aku menunggu gadis itu, mungkin saja bisa kulihat
kembali kerudung merah jambu itu, aku selalu berharap,dari sekian banya
mahasiswa/i ynag leawat salah satunya adalah dia, kuperhatikan mereka satu
persatu dan ternyata benar, diantara muda –mudi yang mondar mandir di luar
kelas, kulihat gadis itu melangkah, jalannya begitu pelan dan menunduk,
kesannya begitu hati-hati dan menjaga pandangan, masih saja kulihat senyum itu
menghiasi wajahnya, aku hanya bisa terpaku memandanginya, seakan tak ada lagi
yang bisa aku pandang kecuali wajahnya yang bulan, setelah sekilas ia lewat di
balik jendela, baru aku sadari dialah gadis yang pernah aku kenal, yang pernah
aku kagumi sebelumnya, awal perkenalan singkat yang pernah dilakukan kini
kembali dipertemukan, Halima (nama samaran) namaya, kukenal dia sebagai gadis
solehah yang begitu paham betul tentang agama, santun dalam bersikap,berpakaian
juga bicaranya yang lemah lembut dan terkesan hati-hati. Memang belum sempat
saya berbicara langsung dengan dia, hanya sebatas menyapa ketika bertemu di
jalan dan itupun jarang terjadi.
Materi kuliah hampir selesai, namun
tidak ada satupun dari materi yang bisa aku dapat, yang terlintas hanya Halima
saja, tak ada satu kata pun yang aku tangkap dari dosen itu, ku beranikan diri
mengambil Handphone di tas kecilku, kutulis sebuah pesan singkat untuk
Halima, kuajak dia bicara setelah jam kuliah berakhir, dia balas pesan singkat
ku itu “ ya, InsyAllah, ntar klo uda keluar kelas sms ya...” saya begitu senang
dia merespon ajakanku, walaupun hanya sekedar ingin ku ajak bicara,.
Matakuliah pun berakhir, dosen
berpesan agar selalu mengulang mata pelajaran yang telah disampaikan, aku hanya
berkata “ya..’ walau sebenarnya tak ada satu kata pun tentang materi tadi yang
membekas dalam ingatanku , kelas kuliah hari ini berakhir, teman-teman keluar
kelas dan mulai berpencar, hanya aku sendiri duduk diteras depan kelas, aku
menunggu Halima datang, aku ingin melihat senyumnya, ingin bisa berbicara
walaupun hanya sekilas, namun materi kuliah di kelasnya belum berakhir, aku
tetap saja menunggu, hingga waktu sore terus menipis, akhirnya kuputuskan untuk
sholat di masjid dekat gedung kuliahku, juga kelas Halima yang kebetulan kelas
kami bersebelahan, aku kembali mengirimnya pesan singkat, “ saya tunggu di
masjid” sambil berjalan kubetulkan tali sepatu putihku yang lepas, hingga
akhirnya aku sampai dimasjid, berwudlu kemudian sholat, belum sempat kuuucapkan
salam tiba-tiba nada message di handphone-ku berdering, sejenak
kubiarkan saja, kucoba panjatkan doa, walaupun doaku kala itu jauh dari ukuran khusyu’,
barulah kubuka pesan tadi, ternya sebuah pesan singkat dari Halimah “ya.. mhon
tunggu bentar...” aku mencoba menunggu, sambil duduk ditemani buku novel yang
pernah aku dapat dari salah satu seminar nasional.
Baru 3-4 halaman novel itu aku baca,
akhirnya kembali kulihat kerudung merah jambu itu, dia datang dengan langkahnya
yang begitu pelan, pandangan merunduk dan tetap saja ia tersenyum, dia datang
bersama seorang temannya aku menyambut kehadirannya dengan hangat, dan kami
mulai berbincang-bincang, masih tetap seperti dulu dia awali pertemuan itu
dengan salam yang terdengar begitu lembut, hanya sekedar menanyakan kabar dan
cerita-cerita singkat saja, itulah pembicaraan yang kami lakukan, namun saat
pembicaraan berlangsung, kulihat pandangan matanya tetap saja merunduk, hanya
sesekali ia memandangiku, pertemuan yang begitu singkat, namun sangat berharga
bagiku. Sesaat sebelum pertemuan itu usai tanpa sengaja kulihat ditangan
kirinya yang lembut sudah ada cincin emas menemani jarinya yang lentik, sejenak
aku terdiam dan tidak percaya dengan apa yang kulihat, apa benar dia milik
orang..?!
Sesaat setelah itu, dia izin untuk
kembali kekamarnya, akupun mempersilahkannya kembali, dia kembali melantunkan
salam dari bibirnya yang mungil, “Assalamualaikum Akhi” ucapannya terdengar
begitu pelan nan syahdu, seiring detik berlalu, kerudung merah jambu itu
menjauh dari pandanganku dan akhirnya menghilang. Hari ini adalah salah satu
hari yang akan sulit aku lupakan, aku tetap mengaguminya, tapi entahlah apakah
rasa kagum ini bisa berlanjut atau mungkin berlalu, cincin di jari manis yang
dia kenakan masih menyimpan seribu tanda tanya bagiku. Aku akan selalu
menantinya, menantikan jawaban dari perjalanan yang akan aku tempuh, mohon
petunjuk-Mu..
اللهم يا مقلب القلوب ثبت قلبى علي
دينك, و على محبتك, و على حسنى عبادتك.
Berserah diri,, semua terserah titah-Mu,,_

Tidak ada komentar:
Posting Komentar