Berbicara tentang hidup, mungkin setiap
makhluk yang bernyawa memiliki keinginan serta kemauan untuk bisa meraih hidup
yang baik, enak, serta layak, bahkan mungkin tak sedikit pula yang meimiliki
cita-cita untuk bisa hidup dengan ukuran kehidupan yang mewah, namun apakah kehidupan
yang demikian itu perlu.
Dalam sebuah kata bijak disampaikan bahwa; “Paling
baiknya manusia adalah siapa yang bisa bermanfaat bagi orang lain”. Satu kata
ini saya jadikan motivasi diri yang selalu saya pegang dalam suatu
kehidupan.
Berawal dari keinginan orang tuaku untuk menyekolahkanku
serta menempatkanku di sebuah pondok unutk menuntut ilmu di pesantren, ketika
mereka menyampaikan hasratnya, sungguh hati ini tak sanggup untuk menolak, kala
itu, yang ada hanyalah bagaimana aku bisa membuat mereka (orang tua; Red) senang
serta bangga. Akhirnya aku mulai belajar banyak tentang agama seperti bahasa
arab dasar, bagaimana cara beribadah yang baik serta memahami dan belajar
banyak tentang tajwid (ilmu cara membaca Al Qur’an dengan baik dab
benar), dengan begitu saya berharap bisa lulus seleksi dengan baik dan
memuaskan, meski terbesit dalam hati serta sadar betul berat rasanya meninggalkan
kampung halaman untuk nyantri dan
mematuhi disiplin pesantren yang bagi saya pribadi terkesan kuno dan kolot. Apalagi
saat itu umur saya masih menginjak umur remaja, masih kanak-kanak, tepatnya
saya barus saja lulus SD.
Setelah kurang lebih 1 bulan orang tua saya survei tentang pondok pesantren yang akan saya masuki, ternyata orang tua memilih Pesantren Al amien Prenduan sebagai lembaga pendidikan berbasis pondok pesantren modern. Dengan pertimbangan sistemnya perpaduan pesantren salaf serta pendidikan modern bisa memberikan sebuah pendidikan yang bisa mencetak pribadi unggul, memiliki jiwa pemimpin serta pribadi yang bisa memimpin dan dipimpin.
Pondok pesantren Al Amien Prenduan
memiliki slogan “berdiri di atas dan untuk semua golongan” membuat saya bahwa
pondok pesantren ini benar-benar netral dan untuk semua golongan. Dari pesantren
ini saya belajar banyak hal, Leadership, Dari latihan Pramuka, PKM, KMD, serta
beberapa program lainnya, di pesantren ini saya belajar bahasa Arab dan
Inggris, dari Study Club GEM (Glider English Master) PEC (Pioner English Club)
Serta beberapa keterampilan lainnya seperti melukis dan menulis. Pondok Al
Amien Prenduan, tidak hanya memberi sebuah pelajaran emas, namun telah mencetakku
untuk menjadi pribadi yang Mundzirul qoum, bermanfaat bagi orang lain, serta mencetak kepribadian yang Tafaqquh
fid Dien, belajar banyak
tentang pelajaran serta pendidikan. Al Amien Prenduan bukan hanya membentuk
otak serta pola pikir namun juga membentuk watak menjadi pribadi yang lebih
baik.
Menjelang saya diwisuda dari pesantren ini,
saya mencoba evaluasi diri, apa yang sudah saya dapatkan dari Pesantren ini,
setelah pernah berorganisasi di ISMI (Ikatan Santri Tarbiyatul Mu’allimien Al
Islamiyah) sebagai Ketua Rayon Al Iftikhor II dan Staf perpustakaan pusat di
BAPUSBIT TMI Al Amien Prenduan. Sedikit coretan pena yang pernah saya list, Leadership
yang masih butuh pembenahan juga bahasa Arab yang masih kurang sempurna, bahasa
Inggris yang masih kurang, keterampilan menulis yang belum sempurna, serta
Melukis yang masih jauh dari kesan menarik.
Namun hal itu tak membuatku patah semangat dan
berhenti melangkah, semua keterampilan serta bekal itu tetap saya rawat dan
saya tekuni.dari awal saya punya beberapa mimpi ;
1. Bisa bahasa arab dengan baik dan benar
2. Menjadi penulis
3. Menjadi juara tingkat nasioanal
4. Menjadi pelukis
5. Seorang leader serta Entrepreneur
Namun cita-cita itu masih mengambang dan belum
bisa saya buktikan, saya belum bisa
menorehkan sejarah dalam hidup yang seharusnya berisi tentang moment
yang tak terlupakan, bukanlah hidup untuk sekedar makan dan minum, hidup
itu bukan sekedar tidur dan tertawa, hal ini saya dapatkan dari kata-kata
seorang Ulama, Buya Hamka berkata; kalau hidup sekedar makan, babi di hutanpun
juga makan. lantas apakah hidup kita hanya berlalu dengan makan kenyang dan
tidur begitu saja, Saya akan jawab. Tidak..!!
Suatu saat, tepatnya tahun 2008, saya
melintasi sebuah Aula di pesantren dengan jumlah santrinya yang kurang lebih 1700 santri
ini.kudengar sura tepuk tangan begitu bergemuruh serta beberapa teriakan yang
saya dengar dari Aula yang penuh dengan hiasan kaligrafi arab itu. Saya memcoba
memberanikan diri untuk mengintip dari jendela yang kebetulan ada celah untuk
bisa saya lihat. Saya mencoba memperhatikan acara yang saat itu berlangsung,
setelah beberapa lama saya duduk dan memahami acara di dalam gedung itu,
ternyata saya melihat seorang tokoh sedang memberikan motivasi serta tips dan
kiat sukses, awalnya saya melihat wajah saya tidak begitu kenal, namun saya tahu
dari backdroop, bahwa beliau adalah seorang Imam Suprayogo Rektor Universitas
Islam Indonesia-Sudan (UIIS) yang kini telah menjadi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,
beliau hadir dalam acara Sidang terbuka Wisuda dan Widawati IDIA (Institut
Dirosah Al Islamiyah Al Amien Prenduan). Pembicaraannnya begitu menarik serta
terkesan rapi dan tersusun, enak didengar serta memberi banyak motivasi,
perlahan saya merasa nyaman dan lebih tertarik untuk berlama-lama mendengarkan
wejangannya, meski hanya dari sekedar lubang jendela yang saat itu kebetulan
tidak tertutup rapat.
Kurang lebih setengah jam saya menyimak
pidatonya, dan kudengar ada bunyi Jaros (Lonceng: Red) sebanyak 3 kali,
pertanda akan diakan kumpul Shof/ Angkatan. Saya harus mengakhiri semua ini,
berhenti menyimak dan harus mengikuti kumpul wajib tepat waktu tanpa alasan
terlmbat. Terbesit dalam benakku, “Suatu saat saya akan bertemu anda kembali,
bisa kenal anda lebih dekat dan bisa belajar banyak dari anda” hingga akhirnya sayapun melangkah mneinggalkan aula itu.
Tahun 2011 dengan izin Allah saya bisa kuliah,
ada beberapa kampus serta prodi yang
menjadi pilihan, Universitas Indonesia, Brawijaya, serta UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang. Adapun prodi yang sempat saya pilih yaitu teknik Arsitektur,
Bahasa dan Sastra Arab dan Hukum Keluarga Islam, dari kian pilihan tadi
ternyata Allah menghendaki agar saya belajar di UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang Fakultas Syariah jurusan Hukum Keluarga Islam (Al Ahwal Al Syahksiyah)
dengan rektornya Prof. Dr. H. Imam Suprayogo.
Hari-hari baruku dimulai, bagaimana
membiasakan diri hidup di negeri orang, merantau dan lebih mandiri, tepatnya 23
Maret 2011 adalah kali pertama kali saya menginjakkan kaki dikampus ini tepat 5 hari setelah hari ulang tahunku. Kini bukan
lagi seorang siswa namun kini sebagai Mahasiswa UIN Fakultas Syariah/ hukum Islam. Masih
tetap saya pegang pesan-pesan yang disampaikan para guru dipesantren, juga
orang tua dirumah, Belajar yang baik, jadilah orang yang bermanfaat, jangan
lupa Sholat, jangan lupa Al Qur’an.
Dari rangkaian hari-hari yang kujalani, tak
lupa kuselipkan doa untuk kedua orang tua, serta guru-guruku, tak lupa pula
kuselipkan do’a untuk masa depan saudaraku, teman-temanku, juga untuk masa
depanku sendiri, menjalani untuk istiqomah menjalankan sesuatu, istiqomah dalam
belajar, bergaul, berteman serta beribadah.mencoba untuk focus dan konsisten,
mencoba menjalani petuah dari paman dari hadiah Bukunya, “Mission ini Possible”
yang menerangkan bagaimana kekuatan sebuah istiqomah, The Power Of Focus, you
can make the world dance, Nothing is Impossible, Everything is Possible if you
believe in Allah, ya, pesan itu juga masih aku pegang. Dan ternyata benar,
Allah itu Maha Pemurah, Pengasih serta Penyayang, Allah itu tidak tidur, dan
mendengar setiap do’a hambanya.
Dan hari ini aku mulai sadar dan yakin bahwa
semua memang butuh proses, saat saya
1. Bermimpi bisa bahasa Arab dengan baik dan benar; kini Allah memberi saya
kesempatan untuk menjuarai pidato bahasa Arab di PKPBA Syariah 2011.
2. Saat saya pernah Ingin jadi penulis dan ingin juara tingkat nasioanal,
Allah memberi kesempatan bagi saya untuk menjuarai lomba Essay Hukum tingkat
Nasioanl 2012
3. Saat aku bermimpi pernah jadi pelukis, Kini Allah memberi kesempatan untuk
saya bisa melukis Rektor UIN Maliki Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, serta bisa
bertemu langsung dengan beliau dan mengabadikan moment yang tak mungkin aku
lupakan ini.
4. Dan saat pernah terbesit dalam hati untuk bisa kenal dengan Prof. Dr. H.
Imam Suprayogo lebih dekat dan bisa berguru, kini hal itu sudah menjadi sebuah
kenyataan yang sedang aku jalani.
Alhamdulillahi rabbil ‘Alamien...
Itulah kata yang pertam kali saya ucapkan
setiap kali nikmat Allah itu saya rasakan, begitu riskan rasanya jikan semua
ini berlalu begitu saja tanpa adanya rasa syukur, berharap pula menjadi
golongan hambanya yang sedikit, yaitu dari gologan hambanya yang pandai
bersyukur atas segala nikmat-Nya. Sungguh ini hanya sebuah “ujian” kecil dari
Allah Agar ia tahu bersyukurkah kita atau tidak dnegan segala nikmta yang
pernah diterima, memilih Bersyukur atau kufur.
Dan rangkain mimpi-mimpi ini masih saja saya rajut berharap suatu saat bisa membanggakan teman-teman, Sahabat,
Saudara, para guru serta orang tua tercinta, Dan akhirnya semoga Allah selalu
membimbing bathin ini agar tak gelap mata. Begitulah hidup memang kadang banyak
hal yang belum bisa dimengerti, namun yang terpenting adalah bagaimana menjaga
harapan dan mimpi-mimpi terus terang dan menyala hingga suatu saat Mimpi,
harapan usaha dan do’a itu menjadi Nyata.
#_#
“Dunia itu tergantung pada kita, yakinlah,
InsyaAllah masa depan kalian cerah”
( Pesan Dari Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, Saat mengisi mata kuliah di rektorat UIN Maliki Malang 05 April 2013)
( Pesan Dari Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, Saat mengisi mata kuliah di rektorat UIN Maliki Malang 05 April 2013)

Subhanallah, Pak Imam pasti bahagia di akhir jabatanx di UIN :)
BalasHapusAlhamdulillah, sekedar persembahan kecil kami atas jasa beliau dalam mengemban amanah.
BalasHapus