Sabtu, 06 April 2013

Dunia itu tergantung Pada Diri kita ( Al Amien Prenduan, UIN Maliki Malang dan Prof. Dr. H. Imam Suprayogo)


Berbicara tentang hidup, mungkin setiap makhluk yang bernyawa memiliki keinginan serta kemauan untuk bisa meraih hidup yang baik, enak, serta layak, bahkan mungkin tak sedikit pula yang meimiliki cita-cita untuk bisa hidup dengan ukuran kehidupan yang mewah, namun apakah kehidupan yang demikian itu perlu.
Dalam sebuah kata bijak disampaikan bahwa; “Paling baiknya manusia adalah siapa yang bisa bermanfaat bagi orang lain”. Satu kata ini saya jadikan motivasi diri yang selalu saya pegang dalam suatu kehidupan.
Berawal dari keinginan orang tuaku untuk menyekolahkanku serta menempatkanku di sebuah pondok unutk menuntut ilmu di pesantren, ketika mereka menyampaikan hasratnya, sungguh hati ini tak sanggup untuk menolak, kala itu, yang ada hanyalah bagaimana aku bisa membuat mereka (orang tua; Red) senang serta bangga. Akhirnya aku mulai belajar banyak tentang agama seperti bahasa arab dasar, bagaimana cara beribadah yang baik serta memahami dan belajar banyak tentang tajwid (ilmu cara membaca Al Qur’an dengan baik dab benar), dengan begitu saya berharap bisa lulus seleksi dengan baik dan memuaskan, meski terbesit dalam hati serta sadar betul berat rasanya meninggalkan kampung halaman untuk nyantri  dan mematuhi disiplin pesantren yang bagi saya pribadi terkesan kuno dan kolot. Apalagi saat itu umur saya masih menginjak umur remaja, masih kanak-kanak, tepatnya saya barus saja lulus SD.

Setelah kurang lebih 1 bulan orang tua saya survei tentang pondok pesantren yang akan saya  masuki, ternyata orang tua memilih Pesantren Al amien Prenduan sebagai lembaga pendidikan berbasis pondok pesantren modern. Dengan pertimbangan sistemnya perpaduan pesantren salaf serta pendidikan modern bisa memberikan sebuah pendidikan yang  bisa mencetak pribadi unggul, memiliki jiwa pemimpin serta pribadi yang bisa memimpin dan dipimpin.
Pondok pesantren Al Amien Prenduan memiliki slogan “berdiri di atas dan untuk semua golongan” membuat saya bahwa pondok pesantren ini benar-benar netral dan untuk semua golongan. Dari pesantren ini saya belajar banyak hal, Leadership, Dari latihan Pramuka, PKM, KMD, serta beberapa program lainnya, di pesantren ini saya belajar bahasa Arab dan Inggris, dari Study Club GEM (Glider English Master) PEC (Pioner English Club) Serta beberapa keterampilan lainnya seperti melukis dan menulis. Pondok Al Amien Prenduan, tidak hanya memberi sebuah pelajaran emas, namun telah mencetakku untuk menjadi pribadi yang Mundzirul qoum,  bermanfaat bagi orang lain,  serta mencetak kepribadian yang Tafaqquh fid Dien,  belajar banyak tentang pelajaran serta pendidikan. Al Amien Prenduan bukan hanya membentuk otak serta pola pikir namun juga membentuk watak menjadi pribadi yang lebih baik.
Menjelang saya diwisuda dari pesantren ini, saya mencoba evaluasi diri, apa yang sudah saya dapatkan dari Pesantren ini, setelah pernah berorganisasi di ISMI (Ikatan Santri Tarbiyatul Mu’allimien Al Islamiyah) sebagai Ketua Rayon Al Iftikhor II dan Staf perpustakaan pusat di BAPUSBIT TMI Al Amien Prenduan. Sedikit coretan pena yang pernah saya list, Leadership yang masih butuh pembenahan juga bahasa Arab yang masih kurang sempurna, bahasa Inggris yang masih kurang, keterampilan menulis yang belum sempurna, serta Melukis yang masih jauh dari kesan menarik.
Namun hal itu tak membuatku patah semangat dan berhenti melangkah, semua keterampilan serta bekal itu tetap saya rawat dan saya tekuni.dari awal saya punya beberapa mimpi ;
1.      Bisa bahasa arab dengan baik dan benar
2.      Menjadi penulis
3.      Menjadi juara tingkat nasioanal
4.      Menjadi pelukis
5.      Seorang leader serta Entrepreneur
Namun cita-cita itu masih mengambang dan belum bisa saya buktikan, saya belum bisa  menorehkan sejarah dalam hidup yang seharusnya berisi tentang moment yang tak terlupakan, bukanlah hidup untuk sekedar makan dan minum, hidup itu bukan sekedar tidur dan tertawa, hal ini saya dapatkan dari kata-kata seorang Ulama, Buya Hamka berkata; kalau hidup sekedar makan, babi di hutanpun juga makan. lantas apakah hidup kita hanya berlalu dengan makan kenyang dan tidur begitu saja, Saya akan jawab. Tidak..!!
Suatu saat, tepatnya tahun 2008, saya melintasi sebuah Aula di pesantren dengan jumlah santrinya  yang kurang lebih 1700 santri ini.kudengar sura tepuk tangan begitu bergemuruh serta beberapa teriakan yang saya dengar dari Aula yang penuh dengan hiasan kaligrafi arab itu. Saya memcoba memberanikan diri untuk mengintip dari jendela yang kebetulan ada celah untuk bisa saya lihat. Saya mencoba memperhatikan acara yang saat itu berlangsung, setelah beberapa lama saya duduk dan memahami acara di dalam gedung itu, ternyata saya melihat seorang tokoh sedang memberikan motivasi serta tips dan kiat sukses, awalnya saya melihat wajah saya tidak begitu kenal, namun saya tahu dari backdroop, bahwa beliau adalah seorang Imam Suprayogo Rektor Universitas Islam Indonesia-Sudan (UIIS) yang kini telah menjadi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, beliau hadir dalam acara Sidang terbuka Wisuda dan Widawati IDIA (Institut Dirosah Al Islamiyah Al Amien Prenduan). Pembicaraannnya begitu menarik serta terkesan rapi dan tersusun, enak didengar serta memberi banyak motivasi, perlahan saya merasa nyaman dan lebih tertarik untuk berlama-lama mendengarkan wejangannya, meski hanya dari sekedar lubang jendela yang saat itu kebetulan tidak tertutup rapat.
Kurang lebih setengah jam saya menyimak pidatonya, dan kudengar ada bunyi Jaros (Lonceng: Red) sebanyak 3 kali, pertanda akan diakan kumpul Shof/ Angkatan. Saya harus mengakhiri semua ini, berhenti menyimak dan harus mengikuti kumpul wajib tepat waktu tanpa alasan terlmbat. Terbesit dalam benakku, “Suatu saat saya akan bertemu anda kembali, bisa kenal anda lebih dekat dan bisa belajar banyak dari anda” hingga akhirnya sayapun melangkah mneinggalkan aula itu.
Tahun 2011 dengan izin Allah saya bisa kuliah, ada beberapa kampus serta prodi yang menjadi pilihan, Universitas Indonesia, Brawijaya, serta UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Adapun prodi yang sempat saya pilih yaitu teknik Arsitektur, Bahasa dan Sastra Arab dan Hukum Keluarga Islam, dari kian pilihan tadi ternyata Allah menghendaki agar saya belajar di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Fakultas Syariah jurusan Hukum Keluarga Islam (Al Ahwal Al Syahksiyah) dengan rektornya Prof. Dr. H. Imam Suprayogo.
Hari-hari baruku dimulai, bagaimana membiasakan diri hidup di negeri orang, merantau dan lebih mandiri, tepatnya 23 Maret 2011 adalah kali pertama kali saya menginjakkan kaki dikampus ini  tepat 5 hari setelah hari ulang tahunku. Kini bukan lagi seorang siswa namun kini sebagai  Mahasiswa UIN Fakultas Syariah/ hukum Islam. Masih tetap saya pegang pesan-pesan yang disampaikan para guru dipesantren, juga orang tua dirumah, Belajar yang baik, jadilah orang yang bermanfaat, jangan lupa Sholat, jangan lupa Al Qur’an.
Dari rangkaian hari-hari yang kujalani, tak lupa kuselipkan doa untuk kedua orang tua, serta guru-guruku, tak lupa pula kuselipkan do’a untuk masa depan saudaraku, teman-temanku, juga untuk masa depanku sendiri, menjalani untuk istiqomah menjalankan sesuatu, istiqomah dalam belajar, bergaul, berteman serta beribadah.mencoba untuk focus dan konsisten, mencoba menjalani petuah dari paman dari hadiah Bukunya, “Mission ini Possible” yang menerangkan bagaimana kekuatan sebuah istiqomah, The Power Of Focus, you can make the world dance, Nothing is Impossible, Everything is Possible if you believe in Allah, ya, pesan itu juga masih aku pegang. Dan ternyata benar, Allah itu Maha Pemurah, Pengasih serta Penyayang, Allah itu tidak tidur, dan mendengar setiap do’a hambanya.
Dan hari ini aku mulai sadar dan yakin bahwa semua memang butuh proses, saat saya
1.      Bermimpi bisa bahasa Arab dengan baik dan benar; kini Allah memberi saya kesempatan untuk menjuarai pidato bahasa Arab di PKPBA Syariah 2011.
2.      Saat saya pernah Ingin jadi penulis dan ingin juara tingkat nasioanal, Allah memberi kesempatan bagi saya untuk menjuarai lomba Essay Hukum tingkat Nasioanl 2012
3.      Saat aku bermimpi pernah jadi pelukis, Kini Allah memberi kesempatan untuk saya bisa melukis Rektor UIN Maliki Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, serta bisa bertemu langsung dengan beliau dan mengabadikan moment yang tak mungkin aku lupakan ini.
4.      Dan saat pernah terbesit dalam hati untuk bisa kenal dengan Prof. Dr. H. Imam Suprayogo lebih dekat dan bisa berguru, kini hal itu sudah menjadi sebuah kenyataan yang sedang aku jalani.
Alhamdulillahi rabbil ‘Alamien...
Itulah kata yang pertam kali saya ucapkan setiap kali nikmat Allah itu saya rasakan, begitu riskan rasanya jikan semua ini berlalu begitu saja tanpa adanya rasa syukur, berharap pula menjadi golongan hambanya yang sedikit, yaitu dari gologan hambanya yang pandai bersyukur atas segala nikmat-Nya. Sungguh ini hanya sebuah “ujian” kecil dari Allah Agar ia tahu bersyukurkah kita atau tidak dnegan segala nikmta yang pernah diterima, memilih Bersyukur atau kufur.
Dan rangkain mimpi-mimpi ini masih saja saya rajut berharap suatu saat bisa membanggakan teman-teman, Sahabat, Saudara, para guru serta orang tua tercinta, Dan akhirnya semoga Allah selalu membimbing bathin ini agar tak gelap mata. Begitulah hidup memang kadang banyak hal yang belum bisa dimengerti, namun yang terpenting adalah bagaimana menjaga harapan dan mimpi-mimpi terus terang dan menyala hingga suatu saat Mimpi, harapan usaha dan do’a itu menjadi Nyata.

#_#
“Dunia itu tergantung pada kita, yakinlah, InsyaAllah masa depan kalian cerah”
( Pesan Dari Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, Saat mengisi mata kuliah di rektorat UIN Maliki Malang 05 April 2013)

2 komentar:

  1. Subhanallah, Pak Imam pasti bahagia di akhir jabatanx di UIN :)

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah, sekedar persembahan kecil kami atas jasa beliau dalam mengemban amanah.

    BalasHapus