Saat ditanya tentang kebenaran dan adanya
suatu hakikat tentu saja setiap orang tidak bisa menelannya dengan satu tegukan
tanpa memiliki pengetahuan serta banyak hal yang diketahui dari suatu objek
tersebut, dalam atmosfer pendidikan banyaknya aliran serta pertukaran mindset, pendapat serta pengetahuan yang bebas tanpa
adanya mediasi serta “Filter” yang seharusnya menengahi serta menyaring sebuah pemikiran dan seharusnya bisa
dikendalikan, namun malah membuatnya beralih
ke jalan yang perlu untuk diluruskan, perlu digaris bawahi bahwa Tuhan sendiri
memiliki 3 kosep yang menjadikannya dikenal Tuhan berbeda dengan segala yang
ada kecuali Dia, adapun 3 konsep tadi adalah:
1. Mutlak: mutlak disini diartikan sebagai absolut tidak terbatas La haula
wala Quwwata illa Billahi
2. Distinct; distinct disini adalah berbeda Tuhan sudah pasti berbeda dengan
ciptaan-Nya, karena segala sesuatu selain Dia adalah mahkluk sedangkan
Dia sendiri adalah sang Khaliq.
3. Unique; disini diartikal sebagai zat yang tunggal tak ada menyerupai Dia,
Dia-lah yang satu.
Banyak hal
yang dirasakan di beberapa kampus tentang pertanyaan yang mungkin saja belum
terlintas dalam pikiran seorang pelajar muslim, seperti halnya bagaimana
sejarah Tuhan? Kenapa kita harus sholat dengan menutup aurat dsb, pertanyaan- pertanyaan
seperti itu sebenarnya kerap kali menjadi sasaran empuk para orientalis, serta
bahan serangan Kristenisasi sebagai “tombak” penggoyah keyakinan bagi pelajar
muslim yang mungkin saja perlu mengkaji lebih jauh bagaimana menyaring
perdebatan serta diskusi “lesehan” yang mungkin saja membuat keyakinan menjadi
goyah bahkan berubah, naudzu billahi min dzalik.
Dalam karya-karya dan beberapa buku mungkin
kita juga bisa memilih serta memilah bagaimana seharusnya mengambil buah dari
suatu bacaan layakkah untuk dikonsumsi atau kita bisa jadikan sebagai “pengaya”
serta tambahan ilmu tanpa “menelurkannya”
menjadi mindset yang akan selalu dipakai dalam setiap kita berfikir, buku-buku
karya orientalis kerap kali “memercikkan” bumbu-bumbu tentang ketuhanan, kerap
kali menggoyah keyakinan tentang konsep Tuhan yang dia temukan serta ia yakini
seperti halnya buku “ The Grand Design” Stephen Hawking sibuk
membuktikan bahwa Tuhan tidak perlu capur tangan dalam proses penciptaan alam semesta, dibuku
lain “The God Delusion” Richard Dwakins sibuk membuktikan bahwa Tuhan hanyalah ilusi, dan tak perlu mendapat
tempat dalam penciptaan mahkluk, yang lebih mencengankan lagi tentang judul
buku “god is not Great”, Christopher Hitchen bahkan sangat sibuk untuk
membuktikan bahwa agama adalah racun kemanusiaan. Dan Tuhan tidak pantas ada.
Dan sebenarnya Allah pun sudah menjelaskan hal
ini dalam Al Quran; mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah denga mulut mereka, dan Allah tidak menghendaki
selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang ingkar membencinya.
(QS; At Taubah 9:32)
Mengenal Allah sebagai maha pencipta maha
Agung, maha Kuasa dan maha segalanya adalah sebuah kewajiban yang harus
benar-benar diyakini, tentunya dengan mempelajari mencari tahu hakekat Tuhan
(Allah0 yang sebenarnya, seperti halnya saat kecil dulu, mungkin saja Ayah kita
pernah bertanya; “ Nak Allah itu dimana? Pikiran pertama yang kita pahami “mungkin”
; Allah itu ada di surga yah, lantas si Ayah bertanya kembali, lalu besar mana
Allah dengan Surga nak? Ketahuilah bahwa Allah itu lebih dekat dari urat nadi,
Allah selalu hadir dimana kita berada, Allah selalu ada dimana kita berpijak,
Allah selalu melihat atas apa yang kita kerjakan, dan Allah tidak pernah tidur.
Dalam sebuah buku Encyclopaedia 2005
disebutkan tentang data orang di dunia yang tidak beragama: dari 6,5 Milyar
penduduk dunia 12% tidak beragama dan
2,3 % dari merekan adalah Atheis atau tidak ber-Tuhan, dan, negara-negara di
Eropa dan Amerika merupakan negara dengan “label” real Sains.
Berbicara tentang Tuhan, tidak salah jika kita
memahami terlebih dahulu tentang hakekat realita itu apa, Agus Mustofa
menyebutkan realita merupakan perpaduan adanya: benda, energi, ruang, waktu dan
informasi, jika kita memahami setiapa materi yang kita lihat sebagai realita
atau bentuk nyata, ada sebuah pertanyaan menarik: lebih dulu mana energi atau
materi? Pada dasarnya jawaban pertanyaan ini serupa namun tak sama dengan
sebuah pertanyaan lebih dulu mana ayam atau telur?
Menyelami pertanyaan tadi butuh jawaban yang
bisa dijadikan pegangan kokoh kita sebagai sivitas akademika, pada dasarnya
materi jika dihancurkan akan berubah menjadi energi, dan energi sendiri jika “Mengkristal”
akan menjadi materi. Memahami tentang realita sendiri sebenenarnya kita bisa
mengambil sebuah contoh untuk sebagai perbandingan bahwa jika kita belum
memahami apa itu makna dari realita sendiri, sebenarnya kita tidak
mengenal tuhan secara kaffah sedangkan Tuhan (Allah) Adalah Dzat maha
pencipta segala sesuatu. Lihatlah bintang ketika malam, disana anda akan
mendapat sebuah keyakinan bahwa lebih banyak gelap dari pada terang, dan saat
itu sebenarnya anda hanya mendapatkan 10% kebenaran dan menghilangkan 90% yang
seharusnya anda ketahui.
Pemikiran pelajar yang dalam masa-masa aktif
dan selalu ingin tahu sebenarnya sangat mudah untuk dipengaruhi dan dicekoki
dengan berbagai Dogma yang “menyesatkan”, realita yang terjadi adalah
menjamurnya debat-debat, diskusi baik Via online ataupun oral/ face to face
yang didalamnya terindentifikasi penanaman
tentang Atheis melalui diskusi kritis bersifat bersifat
saintifik-materialistik, adapun cara yang dilakukan yaitu dengan cara
pembelajaran dogmatis dan dogtrinal yang terkesan menanamkan sebuah keyakin
yang seharusnya perlu dikaji dan disaring lebih bersih tentang suatu kebenaran konsep
ketuhanan.
Secara garis besar mayoritas pelajar khususnya
mahasiswa baru yang masih “hijau” dengan atmosfer kampus ternyata masih banyak
yang belum tahu serta belum memahami tentang hakekat dan tujuan ibadah itu
sendiri, Ibadah yang kita jalani kadang belum tahu parameter ibadah tersebut dan
untuk apa kita beribadah, banyak orang yang berdzikir, bertasbih dan bertahmid
namun belum mengetahui makna serta
tujuan kita berdizikir tersebut, alangkah baiknya jika setiap kata yang terucap dan setiap
buliran tasbih yang bergulir kita pahami maknanya sehingga kita sadar dan tahu
bahwa Allah yang memiliki segalanya, mengakui tentang kuasa, kesucian dan
kebesaran Allah akan menjadikan kita lebih dekat dengan Allah dan lebih khusyu'
dalam berdzikir.
Berbicara Ibrahim yang menemukan Tuhan dari
pengembaraannya, kita bisa tahu bagaimana ia menyapa Siang, Malam, Bulan dan
matahari bagaimana Ibrahim menemukan Tuhan sampai ia betul-betul tahu dan yakin
se-yakin yakinnya bahwa dia Allah yang begitu sempurna, maha Agung dan maha
segalanya, keyakinan Ibrahim yang telah mencapai maqam haqqul yakin merupakan
figur atau contoh yang bisa saja ditiru oleh manusia “Ulul Albab”.
Keyakinan yang dicapai Ibrahim dalam mencari
Tuhan (Allah) berada pada Maqam Haqqul yakin yaitu keyakinan yang telah
ia temukan sendiri dan ia telah lakukan berulang-ulang, artinya Ibrahim sudah
benar-benar yakin bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan ia sendiri yang membangun
keyakinannya dengan kehendak Allah. Adapun ayat yang menjelaskan tentang
bagaimana bagaimana Ibrahim menemukan Tuhannya pada surah Luqman; 21, An Naml;
93, dan pada surah Mu;min:40:81 dalam ayat tersebut dijelaskan bagaimana
Ibrahim mencari Tuhan hingga Akhirnya Ia meyakini bahwa ia percaya bahwa tiada
Tuhan selain Allah.
Dan pada dasarnya, kita sadari atau tidak
manusia meruapakan makhluk penting yang telah dipersiapkan, dalam teori Exspanding
Universe atau alam yang sedang mengembang layaknya yang ditiup, 13,7 milyar
tahun yang lalu semuanya berawal, sedangkan bumi diperkirakan berusia 5 milyar
tahun, manusia purba 10 milyar tahun yang lalu, dan manusia modern diperkirakan
berusia 150 ribu tahun yang lalu menurut data Saintifis yang dikemukakan Agus
Mustofa ini bisa diperkirankan bahwa betapa pentingnya manusia hidup dizaman
sekarang ini, karena dari serangkaian peristiwa manusia muncul pada saat-saat
yang semuanya begitu istimewa. Konsep Exspanding universe yang
menceritakan tentang lahirnya ledakan dan memunculkan satu ketertataan,
munculnya atom, helium, bintang, galaxi super cluster dan benda lainnya sungguh
merupakan rencana indah Allah yang belum satupun manusia tahu tentang apa yang
Dia rencanakan.
Manusia sendiri telah diberikan keistimewaan
ole Allah dengan diberikannya akal untuk berfikir, merenung serta bertadabbur
tentang keagungan, kebesaran serta kuasa Allah, dengan akal seharusnya bisa
mengenal Penciptanya lebih dekat, Stay Miller , dan Hard Urey ’50 telah
berhasil menciptakan Asam amino (zat penyusun dasar kehidupan) namun walaupun
hal itu bisa mereka lakukan namun ia tak bisa menghidupkan zat tadi menjadi
bergerak dan berkembang. La haula wa la Quwwata illa billahi “aliyyil al Adzim.
Pernah terlintas dalam pikiran tentang kuasa
Allah sang maha pencipta tanpa sedikitpun cacat, dalam sel DNA disana terdapat
4 kode yaitu A, C, G, dan T dimana setiap kode memiliki memiliki kurang lebih
satu milyar perintah itu artinya satu sel DNA yang memiliki 4 kode juga
memiliki 4 milyar perintah dalam tubuh manusia, jika saja kode genetika
bergeser sedikit saja, hal itu bisa mengakibatkan kanker darah. Dan hal itu
tidak terjadi atas kuasa Allah, dalam tubuh manusia sendiri ada ribuan triliun
sel yang mengatur semua sistem dalam tubuh manusia, haruskah ada cacat? Bagi Allah
tidak karena Allah menjaganya.
Sumber; seminar bersama Agus Mustofa & Dr. H. Roibin S. Ag. M.Hi. di UIN Maulana Malik
Ibrahim-Malang, April 2013

Tidak ada komentar:
Posting Komentar