Kehidupan
manusia yang penuh dengan berbagai ujian dan cobaan kadang membuat kita putus
asa serta menganggap hal tersebut datangnya dari Tuhan, kadang kita juga beranggapan
bahwa Tuhan tidak sayang kepada kita, pada saat dimana kita diuji dengan
berbagai ujian, baik jasmani maupun rohani, kesehatan badan yang kadang
terganggu, ataupun gangguan psikis yang yang kadang menimpa kita, anggapan kita
seakan-akan semuanya karena Tuhan, kita
terlalu mudah menganggap Tuhan seperti itu, padahal hakekatnya adalah, Dia yang
Maha pengasih serta Maha penyayang, Maha bijaksana dan Maha baik, sedangkan
kita hanyalah makhluk ciptaan-Nya yang seharusnya patut kita syukuri, mengapa
Tuhan mentakdirkan kita terlahir ke dunia ini? Tentu semua bukan hal yang
kebetulan saja, ada rencana besar yang tidak kita ketahui, dan sesungguhnya
kita adalah individu yang dipilih-Nya untuk terlahir ke dunia, sudahkan kita
bersyukur tentang hal itu?
Eksistensi
kita didunia sebagai pemimpin yang seharusnya menjaga dan menjadikan tempat
yang kita diami ini menjadi makmur dan sejahtera, dimana kita dituntut untuk
selalu berbuat yang terbaik bagi sekitar kita, melakukan , dan memberikan yang
terbaik bagi semua, berbuat baik pada dasarnya melakukan sebuah aktivitas yang
bisa membuat orang lain menjadi senang atas apa yang kita lakukan, namun perlu
digaris bawahi, bahwa berbuat baik tidak hanya dilakukan kepada manusia saja,
namun alam-pun perlu perlakuan baik dari kita, sebagai penghuni dan pemimpin di
muka bumi ini (khalifah fil ardi),
Berbuat
sesuatau pada dasarnya akan memberikan
umpan balik kepada apa yang dilakukan, dalam artian kita akan mendapatkan
hasil/ balasan dari apa yang kita kerjakan, jika kita menanam pasti kita akan
menuai, begitulah pepatah mengatakan, membahas sebuah perbuatan baik,
pertanyaannya adalah; “Mengapa Kita harus Berbuat Baik?”
Terciptanya
alam dan isinya yang merupakan bukti kekuasaan Tuhan, adalah sebuah amanah
besar bagi khalifah (Manusia) dibumi, dimana kedudukan yang kita miliki tersebut
harus kita jalankan, merawat dan mengembangkan serta memanfaatkan yang ada,
memanfaatkan segala sesuatau disekitar kita, mempelajari apa yang bisa kita
pelajari dari alam, juga mengambil hikmah dari hal-hal kecil dalam keseharian
kita, merenungi mengapa Tuhan menciptakan ini semua, mengambil sebuah pelajaran
dari Tumbuhan hewan dan benda-benda disekitar kita, dari alam kita juga bisa
belajar, dan inilah yang dimaksudkan dalam Al-Qur’an,” Afalaa yatadabbarunal
Qur’an” mengapa kita tidak mentadabburi/ mendalami Al-Qur’an? Karena dari
Al-Qur’an-lsh kita bisa memahami seluruh pengetahuan , karena Al-Qur’an-lah
sumber pengetahuan
Dari alam
kita bisa belajar banyak hal, begitulah kata orang bijak, kita bisa belajar
dari sebuah peristiwa kecil seorang petani yang menanam padi di sawah: Seorang
petani mengapa menebar benih padi? Apa yang diharapkan dari benih-benih
tersebut? Apa yang dilakukan petani setelah benih-benih tadi ditebar? Semua
orang mungkin tahu jawabannya, ya..mereka menginginkan padi yang baik, panen
yang sukses, hasil yang sempurna, dan keuntungan yang besar, dengan begitu ia
bisa dikatakan sebagai petani yang berhasil, Namun apakah cukup sampai disitu?!
Ternyata tidak…, proses adalah kunci bagaimana petani tersebut sukses,
penebaran bibit haruslah disertai dengan perawatan yang intensif, menjaga dan
membuang tanaman-tanaman pengganggu (gulma) bisa berupa rumput yang tumbuh
disela-sela bibit padi yang ditanam atau hal lain yang mengganggu kesuburan
tumbuhnya padi.
Dari petani
tersebut kita bisa belajar, mengapa kita harus berbuat baik? Ibaratkanlah padi
sebagai hal-hal baik yang kita lakukan terhadap orang lain dengan siapa saja
kita berinteraksi, kita harus menebar banyak kebaikan dimanapun, kapanpun, dan
kepada siapapun, menebar kebaikan dalam artian membuat kita menjadi orang yang
bermanfaat, paling tidak kita bisa menyenangkan orang lain dengan menolong atau
minimal dengan memberikan seberkas senyuman yang bisa membuat orang lain
senang, maenabur benih-benih kebaikan
berarti kita menanam sebuah kebaikan dengan kata lain, suatu saat nanti
kita bisa memanen atas apa saja yang sudah kita tanam, selain itu kita juga
harus merawatnya, atau menjaga hubungan baik dengan semua orang, diusakan
keberadaan kita menjadi sebuah hal yang menyenangkan bagi orang lain, dengan
demikian secara tidak langsung kita sudah merawat “benih-benih” kebaikan yang
sudah kita tebar, namun juga perlu diingat ada dua hal penting yang juga kita
harus lakukan dalam fase-fase ini:
1.
Dalam perjalanan hidup
seseorang, pasti menemui jalan yang berkerikil dan mengganggu perjalannan kita,
menghambat dan menjadikan perjalanan hidup kita tidak lancar, kadang ada orang
yang tidak senang dengan apa yang kita lakukan, biarkan saja, asalkan kita
jangan menggganggu mereka, dan asalkan kita sudah bebruat baik pada mereka,
selanjutnya apa yang perlu kita perbuat..? hindari dan tinggalkan saja,
ya…itulah yang harus kita lakukan, ibaratkanlah jalan berkerikil tadi sebagai rumput
yang tumbuh ditengah-tengah padi yang ditanam, kita harus membuangnya,
menyingkirkannya dan mencabutnya, agar padi yang kita tanam subur, normal dan
sesuai dengan apa yang kita harapkan
2.
Melakukan hal secara istiqomah,
berangsur-angsur/ terus menerus atau continue itulah hal yang sulit
dilakukan, tak semudah membalikkan telapak tangan, hal itu juga harus kita
lakukan, bagaimana cara kita bertindak kepada seseorang, jangan hanya melakukan
suatu kebaikan untuk mendapatkan suatu pujian atau maksud tertentu, tapi
alangkah baiknya jika apa yang semua kita lakukan itu timbul dari hati dan keinginan,
usahakanlah melakukan hal tersebut berawal dari hati nurani, membiasakan diri
untuk berbuat baik, sehingga pada akhirnya kita akan terbiasa untuk melakukan
hal baik tersebut, awalnya kita membentuk suatu kebiasaan dan pada akhirnya
yakinlah kebiasaan yang membentuk kita, jadi pilihlah dan lakukanlah kebiasaan
yang baik untuk kehidupan kita yang baik.
Dari paparan singkat diatas bisa
ditarik sebuah kesimpulan bahwasannya, setiap menebar benih/ menanam padi pasti
akan ditumbuhi tananman pengganggu (gulma), begitupun dengan jalan hidup kita,
suatu saat pasti ada hal yang menghambat perjalanan kita menuju sebuah
kesuksesan, kita cabut rumputnya, kita buang, dan tinggalkan saja, karena pada
hakekatnya “mereka”-lah yang menghambat bahkan merugikan kita untuk menuju
sebuah kesuksesan yang kita impikan.
Salam ta’dzim. 29/12/2011.
.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar