Kamis, 29 Desember 2011

BELAJAR KESUKSESAN DARI SEORANG PETANI


Kehidupan manusia yang penuh dengan berbagai ujian dan cobaan kadang membuat kita putus asa serta menganggap hal tersebut datangnya dari Tuhan, kadang kita juga beranggapan bahwa Tuhan tidak sayang kepada kita, pada saat dimana kita diuji dengan berbagai ujian, baik jasmani maupun rohani, kesehatan badan yang kadang terganggu, ataupun gangguan psikis yang yang kadang menimpa kita, anggapan kita seakan-akan  semuanya karena Tuhan, kita terlalu mudah menganggap Tuhan seperti itu, padahal hakekatnya adalah, Dia yang Maha pengasih serta Maha penyayang, Maha bijaksana dan Maha baik, sedangkan kita hanyalah makhluk ciptaan-Nya yang seharusnya patut kita syukuri, mengapa Tuhan mentakdirkan kita terlahir ke dunia ini? Tentu semua bukan hal yang kebetulan saja, ada rencana besar yang tidak kita ketahui, dan sesungguhnya kita adalah individu yang dipilih-Nya untuk terlahir ke dunia, sudahkan kita bersyukur tentang hal itu?
Eksistensi kita didunia sebagai pemimpin yang seharusnya menjaga dan menjadikan tempat yang kita diami ini menjadi makmur dan sejahtera, dimana kita dituntut untuk selalu berbuat yang terbaik bagi sekitar kita, melakukan , dan memberikan yang terbaik bagi semua, berbuat baik pada dasarnya melakukan sebuah aktivitas yang bisa membuat orang lain menjadi senang atas apa yang kita lakukan, namun perlu digaris bawahi, bahwa berbuat baik tidak hanya dilakukan kepada manusia saja, namun alam-pun perlu perlakuan baik dari kita, sebagai penghuni dan pemimpin di muka bumi ini (khalifah fil ardi),
Berbuat sesuatau  pada dasarnya akan memberikan umpan balik kepada apa yang dilakukan, dalam artian kita akan mendapatkan hasil/ balasan dari apa yang kita kerjakan, jika kita menanam pasti kita akan menuai, begitulah pepatah mengatakan, membahas sebuah perbuatan baik, pertanyaannya adalah; “Mengapa Kita harus Berbuat Baik?”
Terciptanya alam dan isinya yang merupakan bukti kekuasaan Tuhan, adalah sebuah amanah besar bagi khalifah (Manusia) dibumi, dimana kedudukan yang kita miliki tersebut harus kita jalankan, merawat dan mengembangkan serta memanfaatkan yang ada, memanfaatkan segala sesuatau disekitar kita, mempelajari apa yang bisa kita pelajari dari alam, juga mengambil hikmah dari hal-hal kecil dalam keseharian kita, merenungi mengapa Tuhan menciptakan ini semua, mengambil sebuah pelajaran dari Tumbuhan hewan dan benda-benda disekitar kita, dari alam kita juga bisa belajar, dan inilah yang dimaksudkan dalam Al-Qur’an,” Afalaa yatadabbarunal Qur’an” mengapa kita tidak mentadabburi/ mendalami Al-Qur’an? Karena dari Al-Qur’an-lsh kita bisa memahami seluruh pengetahuan , karena Al-Qur’an-lah sumber pengetahuan
Dari alam kita bisa belajar banyak hal, begitulah kata orang bijak, kita bisa belajar dari sebuah peristiwa kecil seorang petani yang menanam padi di sawah: Seorang petani mengapa menebar benih padi? Apa yang diharapkan dari benih-benih tersebut? Apa yang dilakukan petani setelah benih-benih tadi ditebar? Semua orang mungkin tahu jawabannya, ya..mereka menginginkan padi yang baik, panen yang sukses, hasil yang sempurna, dan keuntungan yang besar, dengan begitu ia bisa dikatakan sebagai petani yang berhasil, Namun apakah cukup sampai disitu?! Ternyata tidak…, proses adalah kunci bagaimana petani tersebut sukses, penebaran bibit haruslah disertai dengan perawatan yang intensif, menjaga dan membuang tanaman-tanaman pengganggu (gulma) bisa berupa rumput yang tumbuh disela-sela bibit padi yang ditanam atau hal lain yang mengganggu kesuburan tumbuhnya padi.
Dari petani tersebut kita bisa belajar, mengapa kita harus berbuat baik? Ibaratkanlah padi sebagai hal-hal baik yang kita lakukan terhadap orang lain dengan siapa saja kita berinteraksi, kita harus menebar banyak kebaikan dimanapun, kapanpun, dan kepada siapapun, menebar kebaikan dalam artian membuat kita menjadi orang yang bermanfaat, paling tidak kita bisa menyenangkan orang lain dengan menolong atau minimal dengan memberikan seberkas senyuman yang bisa membuat orang lain senang, maenabur benih-benih kebaikan  berarti kita menanam sebuah kebaikan dengan kata lain, suatu saat nanti kita bisa memanen atas apa saja yang sudah kita tanam, selain itu kita juga harus merawatnya, atau menjaga hubungan baik dengan semua orang, diusakan keberadaan kita menjadi sebuah hal yang menyenangkan bagi orang lain, dengan demikian secara tidak langsung kita sudah merawat “benih-benih” kebaikan yang sudah kita tebar, namun juga perlu diingat ada dua hal penting yang juga kita harus lakukan dalam fase-fase ini:
1.      Dalam perjalanan hidup seseorang, pasti menemui jalan yang berkerikil dan mengganggu perjalannan kita, menghambat dan menjadikan perjalanan hidup kita tidak lancar, kadang ada orang yang tidak senang dengan apa yang kita lakukan, biarkan saja, asalkan kita jangan menggganggu mereka, dan asalkan kita sudah bebruat baik pada mereka, selanjutnya apa yang perlu kita perbuat..? hindari dan tinggalkan saja, ya…itulah yang harus kita lakukan, ibaratkanlah jalan berkerikil tadi sebagai rumput yang tumbuh ditengah-tengah padi yang ditanam, kita harus membuangnya, menyingkirkannya dan mencabutnya, agar padi yang kita tanam subur, normal dan sesuai dengan apa yang kita harapkan
2.       Melakukan hal secara istiqomah, berangsur-angsur/ terus menerus atau continue itulah hal yang sulit dilakukan, tak semudah membalikkan telapak tangan, hal itu juga harus kita lakukan, bagaimana cara kita bertindak kepada seseorang, jangan hanya melakukan suatu kebaikan untuk mendapatkan suatu pujian atau maksud tertentu, tapi alangkah baiknya jika apa yang semua kita lakukan itu timbul dari hati dan keinginan, usahakanlah melakukan hal tersebut berawal dari hati nurani, membiasakan diri untuk berbuat baik, sehingga pada akhirnya kita akan terbiasa untuk melakukan hal baik tersebut, awalnya kita membentuk suatu kebiasaan dan pada akhirnya yakinlah kebiasaan yang membentuk kita, jadi pilihlah dan lakukanlah kebiasaan yang baik untuk kehidupan kita yang baik.
Dari paparan singkat diatas bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwasannya, setiap menebar benih/ menanam padi pasti akan ditumbuhi tananman pengganggu (gulma), begitupun dengan jalan hidup kita, suatu saat pasti ada hal yang menghambat perjalanan kita menuju sebuah kesuksesan, kita cabut rumputnya, kita buang, dan tinggalkan saja, karena pada hakekatnya “mereka”-lah yang menghambat bahkan merugikan kita untuk menuju sebuah kesuksesan yang kita impikan.
Salam ta’dzim. 29/12/2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar