Sabtu, 19 Oktober 2013

Pantaskah kita untuk sombong (manifestasi kuasa Allah dalam proses penciptaan manusia, alam dan bintang)

Berawal dari sebutir biji, satu pohon itu tumbuh, kemudian muncullah bunga, berbuah hingga akhir kembali ada biji yang kembali bisa ditanam dan terus menghasilkan buah, menanam padipun berawal dari sebutir biji padi kemudian tumbuh tunas-tunas dan muncullah bulir-bulir yang menghasilkan lebih tidak lagi satu biji untuk kemudian kau tebarkan, tanam kemudian tuai kembali.
Begitupun manusia yang berawal dari setetes air hina bernama mani(Nutfah), kemudian dengan kuasa Allah mani itupun berubah menjadi segumpal darah(Alaqah) kemudian tahap ketiga adalah perubahan segumpal darah/ Alaqah menjadi segumpal daging (Mudghah)  dan kemudian Allah jadikan daging itu menjadi “izam dan lahm” yaitu pembentukan tulang yang kemudian ditumbuhi oleh otot-otot, dan kemudian Allah jadikan proses selanjutnya yaitu tidak lagi sebagai bentuk embrio tapi sudah dalam bentuk janin, dan ukurannnya pun terus berkembang dalam hal ini Al Qur’an menyebutnya sebagai  “Nasy’ah Khalqan Akhar” dan hingga pada tahap ke-enam yaitu peniupan Ruh atau dalam Al Qur’an disebut sebagai “Nafkhur-Ruh”. Proses penciptaan manusia secara rinci adalah sebagai berikut:
“…Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan (kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim)…” (QS. Az Zumar (39) : 6).
Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia mengendalikan alam semesta menurut kehendak-Nya sesuai fungsi dan peran yang spesifik. Berikut adalah proses kejadian manusia menurut Al-Qur’an:

Tahapan Pertama
NUTFAH : Yaitu tahapan pertama bermula selepas persenyawaan atau minggu pertama. Dimulai setelah berlakunya percampuran air mani
Maksud firman Allah dalam surah al-Insan : 2
” Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia daripada setitis air mani yang bercampur yang Kami (hendak mengujinya dengan perintah dan larangan), kerana itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat “
Menurut Ibn Jurair al-Tabari, asal perkataan nutfah ialah nutf artinya air yang sedikit yang terdapat di dalam sesuatu bekas samada telaga, tabung dan sebagainya. Sementara perkataan amsyaj berasal daripada perkataan masyj yang bererti percampuran
Berasaskan kepada makna perkataan tersebut maksud ayat di atas ialah sesungguhnya Kami (Allah) menciptakan manusia daripada air mani lelaki dan air mani perempuan.
Daripada nutfah inilah Allah menciptakan anggota-anggota yang berlainan, tingkah laku yang berbeda serta menjadikan lelaki dan perempuan. Daripada nutfah lelaki akan terbentunya saraf, tulang dan fakulti , manakala dari nutfah perempuan akan terbentuknya darah dan daging

Rabu, 16 Oktober 2013

Mencapai Puncak Khusyu'

Kelahiran manusia di dunia ternyata merupakan tahap perjalanan yang harus dilalui, dalam tahap perjalanan haqiqi untuk mencapai kehidupan yang sebenarnya, dalam hal ini kehidupan manusia dihadapkan pada beberapa realita yang begitu berwarna, beragam serta bervariasi manusia memiliki tahap untuk berproses mulai sejak awal dia membuka mata dan menghirup udara, sampai akhirnya dia menutup mata dan harus berhenti bernafas.

Tuhan (baca: Allah) sebagai pencipta telah menciptkan manusia, hewan dan tumbuhan dimukan bumi sebagai bukti kekuasaan dan kebesarannya, bukti keberadaan dan kekuasaan-Nya ini tentu harus dipahami disadari serta dimengerti oleh makhluknya khusunya manusia sebagai makhluk yang diciptakan Allah dengan paling sempurnanya bentuk, dengan memiliki akal dan hati dan pikiran, manusia bisa lebih mulia dari malaikat, pun bisa lebih bejat dari hewan, hal itu tentu dipengaruhi oleh bangaimana kita mengatur dan mempola diri menjadi manusia yang betul betul sebagai manusia yang kaffah.

Kehidupan manusia didunia yang telah Allah berikan sebenarnya merupakan peluang serta kesempatan yang sebenarnya amat sangat sayang sekali untuk dilewatkan sia-sia begitu saja, betapa tidak umur manusia yang hanya sebatas "rambut jagung" jika dibandingkan dengan kehidupan setelah kematian hanya amat sangat begitu singkat, dengan begitu seharusnya manusia bisa sadar dan memahami bahwa kehidupan didunia ini ibarat orang yang sedang berada diujung tanduk, seakan-akan ia akan jatuh dari tebing tinggi, seharusnya ia memegang erat dan menjaga keseimbangan selagi ia bisa, jangan malah enteng dan lupa hakikat hidup yang sebenarnya yaitu berpegang teguh kepada pencipta, berpegang teuh kepada Allah

Mengutip redaksi para waliyullah tentang Allah, seperti halnya pendapat sunan Gunung jati bahwa "Adapun Allah itu adalah berwujud haq"  pendapat Sunan Giri-Pun berbeda "Allah itu adalah jauhnya tanpa batas, Dekatnya tanpa rabaan"  Sunan Bonang berkata: "Allah itu tidak berwarna, tidak berupa, tidak berarah, tidak bertempat, tidak berbahasa, tidak bersuara, wajib adanya, mustahil tidak adanya.; Sunan Kalijaga menyatakan, Allah itu adalah seumpama memainkan wayang, Syekh Maghribi berkata, Allah itu meliputi segala sesuatu. meihat berbagai pendapat para wali ini menyimpulkan bahwa setiap kepala memang memiliki keyakinan yang berbeda, tingkatan yang berbeda serta pendapat yang berbeda, terlepas dari itu semua adalah bagaimana kita meyakini dengan  "Haqqul yakin" bahwasanya Allah-lah Dzat yang memang harus selalu kita ingat untuk selalu berpegang teguh dan memohon.