waktu yang terus berlalu membuatku sadar dari lamunan yang sedari awal membuatku tenggelam dalam sebuah kenangan dimana kau selalu ada dan hadir disampingku, hari-hari dimana kita pernah lalui kala itu telah berhasil mengukir seribu tawa, ceribu canda dan membuatku enggan melupakan senyum sabitmu yang telah mendarah daging dalam hati ini.
Sempat terbesit dalam lamunanku kala itu, kau yang selalu hadir dengan senyum manis, wajah ceria dan selalu menyita pikiranku, sempat aku berfikir tentangmu, bahwa engkau sahabat terbaikku yang selalu berhasil dan membuatku selalu berada dalam sebuah senyum dan kegembiraan, kau yang selalu membuatku sadar bahwa sungguh perlu disesalkan kalau saja hidup ini dilalui dengan sebuah kesedihan dan kegundahan, kau-lah yang hadir mengubah hidupku, mengubahku menjadi sosok yang menjadi lebih periang dan selau menghadapi hari-hari penuh dengan semangat.
Namun entahlah, dari mana angin ini berhembus dan dari mana aroma ini ter-endus, aku merasakan hal yang berbeda kali ini, rasa yang hadir kali ini tentangmu, tentang dirimu yang selalu hadir dalam setiap hari-hari dan satiap waktu dimana aku merasa sendiri, bibir ini terasa kaku untuk berucap bahkan mata ini tak sanggup berkedip setelah aku menyadari bahwa apa yang aku rasa kali ini adalah anugerah Allah yang maha Indah, namun entahlah aku tetap bingung dan “sempat” malu pada diriku sendiri untuk mengakui , mengapa aku harus meiliki rasa ini kepadanya, sesaat aku menepis anggapan “konyol” ini namun inilah yang terjadi, aku tidak bisa membohongi diriku sendiri, meski bibir ini selalu berkata tidak, namun mata dan hati ini jelas menjadi gambaran apa yang sedang aku rasakan.
Subhanallah, aku menghela nafas dalam-dalam, benarkah ini terjadi, benarkah ini nyata, atau hanya pandangan dan anggapanku sesaat tentangnya, aku belum sepenuhnya percaya tentang rasa ini, belum bisa memastikan kalau aku harus tenggelam dalam sebuah rasa yang “kata orang” begitu indah dan menakjubkan, ya memang begitu karena aku belum pernah sekali-pun meneguk serta merasakan sejatinya sebuah rasa cinta seorang kekasih, kini aku berada di mulut pintu itu, aroma dan rasanya mulai tercium, namun aku belum meyakini, dalam setiap sudut kebingunganku aku masih bertanya benarkah ini sebuah ketulusan cinta yang kini mulai tumbuh atau hanya sekedar hawa nafsu yang sesaat datang dan kembali menghilang.
Kini aku mulai merasa gelisah serta bingung, yang ada hanya bayangmu yang selalu hadir menemaniku, senyum sabit yang selalu kau layangkan kini selalu berada disetiap jarak aku memandang, kau bagai serpihan logam bagiku tak bisa kulepas tak bisa aku pergi darimu, dalam kegelisan ini, kucoba ciptakan sebuah dimensi kebahagiaan, mencoba menata hati dan pikiran membuatnya lebih tertata dan rapi, mencoba memikirkan sekedarya saja, mencoba kembali pada pemilik rasa dan pemilik hati.
Dalam hening malam dan dinginnya angin kala itu, kucoba teteskan bercak-bercak air dari kran yang mulai berkarang itu, kuusap dari tubuh ini dari muka sampai ujung kaki, berniat mensucikan diri menghadap-Mu, sesekali kudengar cicit burung yang bertengger didahan pohon depan kamarku, ia seakan tahu tentang hadirku malam itu, aku melanjutkan langkahku dengan sarung abu-abu dan peci yang mulai lusuh itu, aku mengawali takbir menghadap-Mu, mencoba tenggelam dan bersua dengan-Mu, izinkan aku membasahi sajadah bersimbah air mata dalam sujud, aku bertakbir seluruh jiwa dan raga, karena sungguh mendambakan-Mu, merindukan-Mu, kini aku mencoba pasrahkan diri pada-Mu tentang rasa, tentang cinta yang kini aku rasakan, dari manakah awal ia datang, anugerahkah atau hanya sekedar nafsu. Izinkan aku tunduk memohon ampun lafadzkan taubat dan istighfar.
Dari sekian rentetan malam yang telah aku datangi, tak ada yang aku harapkan kecuali petunjuk dari-Mu, jalan mana yang harus aku pilih dan benarkah semua ini berawal dari ketulusan dan kesungguhan hati, dan hingga sat ini, sampai sekarang jari-jari ini menulis, sedikit-demi sedikit aku menemukan jawaban dari-Mu, bagaimana aku berbuat serta bagaimana aku harus melangkah. Dan kini mulai aku sadari InsyaAllah rasa ini berawal dari kesungguhan niat atas anugerah-Mu, perlahan aku mencoba membaca rasa ini, perlahan dan perlahan hingga aku meyakini apa yang aku rasakan kali ini benar. Kini aku mulai mencoba meyakinkan diri bahwa Engakulah yang telah menghadirkan rasa ini padaku.
Ya Allah, kini aku hanya bisa memohon agar selalu kau jaga kemurnian rasa ini, untuk selalu bisa menjaga bagaimana aku harus mengaturnya, menata serta menjaga hati ini yang setiap saat selalu berbolak balik, doaku; tetapkanlan hatiku pada agama, juga rasa cinta kepada-Mu, serta jagalah hati ini untuk selalu bisa dengan tulus dan ikhlas menjalankan ibadah hanya kepada-Mu, Ya Allah, izinkanlah hamba mencinta dirinya karena-Mu, karena diri-Mu yang maha pemilik rasa, pemilik hati, dan pemilik kesungguhan ini.
Izinkanlah aku reguh cinta-Mu....
Salam Ta’dzim ^_^
24 Juli 2012


